Aku mulai sadar cinta tak mungkin ku kejar
akan ku tunggu, harus ku tunngu
sampai saat nya giliran ku
Rabu, 21 September 2016
Rabu, 07 September 2016
Malam ini
Malam ini ku goreskan tinta untuk mengukir sebuah kisah yang terpendam, kisah yang terbuang, kisah yang belum sempat aku rangkai namun kenangannya tak pernah sirna di pelupuk mata. Manis nya yang masih terasa di ujung lidah akan tetapi pahit nya membongkar luka seolah aku tak ingin kisah itu pernah ada.
Malam ini aku berencana tak ingin tidur . Ingin membunuh waktu dengan lamunan, secarik catatan kecil tentang kegalauan telah aku tulis di sosial media ku. Ingin mencari kehangatan dalam setiap kata yang aku tulis. Membuat kasur dan bantal kehilangan pekerjaannya sebentar.
Malam ini aku ingin mengecup sepi memeluk dingin menjadi satu lebur dalam bekas luka yang telah sembuh. Lewat puing-puing cinta yang belum sempat tersematkan nama pikiran liar ku mengancam. Biarlah malam ini curhat ku didengar bulan, di sanjung bintang, di terbangkan angin sehingga kegetiran malam ini berlalu .
Pria pendusta
Selasa, 02 Agustus 2016
PERIUK NASRUDDIN HOJA
Suatu hari, Nasruddin Hoja meminjam periuk kepada tetangganya. Lalu, seminggu kemudian, dia mengembalikannya. Anehnya, Nasruddin mengembalikan periuk itu dengan menyertakan juga periuk kecil. Tentu saja, tetangganya itu terheran-heran.
“Mengapa periukku jadi dua?” tanya tetangga itu.
“Periukmu sedang hamil waktu kupinjam. Dua hari kemudian ia melahirkan bayinya dengan selamat. Nah, inilah bayi periuk itu!”
Maka, tetangganya pun menyambut gembira. Dia sangat senang periuknya melahirkan periuk. Kemudian, Nasrudin pun pulang.
Tetapi, beberapa hari kemudian, Nasruddin meminjam kembali periuk itu. Dan, setelah beberapa hari dipakai, Nasruddin tak segera mengembalikannya. Maka, tentu saja tetangga itu merasa gusar. Dia mendatangi rumah Nasruddin sambil menangis.
Nasruddin pun menyambut tamunya dengan tenang, “Sungguh sebuah malapetaka telah terjadi. Takdir telah menentukan bahwa periukmu meninggal dunia di rumahku. Dan sekarang sudah kumakamkan di belakang rumah.”
Sang tetangga menjadi marah, “Ayo!!! Kembalikan periukku!!! Jangan belagak bodoh! Mana ada periuk bisa meninggal dunia!”
“Bukankah kemarin engkau percaya periuk bisa beranak?! Bukankah periuk
yang bisa beranak, tentu bisa pula meninggal dunia bukan?!” kata
Nasrudin, sambil menghentikan tangis tetangganya.
Dari sebuah wacana Al-Hikmah
Jumat, 15 Juli 2016
Bunga di kontak Hp
Deringan Hp berbunyi , ayah menjerit memanggil ku untuk
mengambilkan Hp nya . Ku ambil, ku lihat nama “Bunga” di layar Hp. Belum sempat
mengangkat panggilan langsung mati. Aku tidak mau tahu dan tak ingin bertanya
“siapa Bunga itu?”. Lalu ku berikan Hp tsb pada ayah ku.
Keesokan harinya ayah menyuruh ku melihat log panggilan tidak
terjawab di Hp nya, lagi-lagi aku masih melihat nama Bunga disana. Tidak ku
gubris , Bunga adalah nama seorang wanita yang memiliki keperluan penting pada
ayah ku, barangkali pikir ku. Jam 2 dini hari ,aku tersentak lantaran mendengar
nada panggilan masuk di Hp ayah ku . Aku malas bangun untuk mengangkat nya.
Pagi harinya diam-diam aku periksa Hp ayah ku, aku cukup
penasaran siapakah gerangan yang menelpon ayah dini hari tadi. Aku masih sempat
berpikir, jangan-jangan “Bunga” itu lagi. Dugaan ku tepat, memang Bunga lah
yang menelpon. Aku mulai curiga pada ayah ku, dan tiba-tiba hati ku terasa
panas.
“Siapakah Bunga yang ada di kontak
Hp ayah?” pikir ku dalam hati.
Barangkali jika hanya ada keperluan penting, tidak mungkin
juga menelpon sesering itu, apalagi menelpon dini hari disaat semua orang
sedang pulas beristirahat. Keesokan lusanya di pagi hari, kami beraktivitas
seperti biasa. Aku sibuk memasak sarapan, adik ku bersiap-siap berangkat
sekolah, dan ayah ku bersiap-siap berangkat kerja. Deringan Hp ayah ku
berbunyi, ada nada panggilan masuk , tapi ayah mengacuhkannya. Kali ini ayah
berbeda, ia menampakkan ekspresi kesal. Dia tidak mengangkat panggilan masuk tersebut
meski sudah berkali-kali. Sambil marah-marah , ia berkata di depan ku “ganggu
aja sih Bunga ini”. Aku tidak bertanya balik pada ayah , meski aku sangat
penasaran “siapa Bunga itu”, aku hanya diam memperhatikan ekspresi marah ayah.
Hati ku senang melihat ayah kesal pada panggilan Bunga tersebut.
“Rasain loe Bunga haha” bersit ku dalam hati.
Tiba-tiba dari luar datang seorang wanita, tanpa mengucap salam dia langsung masuk. Aku
tidak kaget, aku senyum langsung ku sapa wanita itu. Kemudian, aku balik lagi
ke dapur untuk melanjutkan memasak ku. Lalu ayah ku langsung berbisik sambil
tertawa “untung saja tadi tidak ayah angkat panggilan Bunga itu” katanya . Aku
pun heran dan bertanya “emangnya kenapa yah” kata ku. Sambil senyum ayah bilang
“ayah kan bisa kepergok itu orangnya baru datang “. Sontak aku kaget dan tidak
bisa menahan tawa.
Ternyata Bunga di kontak Hp itu adalah……. . Aku habis pikir ,
Bunga bukanlah nama sebenarnya. Bunga adalah wanita yang biasa datang kerumah
tanpa mengucap salam, wanita yang biasa ngobrol dengan nenek ku. Wanita yang
aku tahu tidak mungkin ayah ku naksir padanya.
Lalu apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa ayah di telpon
wanita itu, lalu kenapa ayah takut kepergok? Aku Cuma tertawa
terpingkal-pingkal. Haha
Aisyah Nazrouenn
BB Sumut
Kamis, 14 Juli 2016
Biarkan kini Salim menduda
Aku
duduk di dapur, terdengar dari ruang tengah suara dua orang laki-laki
terbahak-bahak.
“Apa
nama kontak yang cocok kita buat untuk salim” kata pak A.
“Salim
sabar aja bang” kata Pak B.
“Gak
usah, Salim duda merana aja” kata Pak A. Lalu terdengar tawa keras mereka
memecah lamunan ku.
“Sama-sama
duda pun suka ngeledek” kata ku dalam hati.
Kasian
Salim yang ditinggal kawin istrinya. Sebenarnya ini tidak menjadi perhatian ku
jika aku tidak kenal siapa Salim. Lebih dari itu, Salim adalah sopir ojek
langganan ku selama 3 tahun sewaktu SMP. Kalau bisa di bilang Salim adalah
teman lama ku, Karena dulu kami cukup akrab walau jauh berbeda umur. Tiga tahun
berlangganan ojek membuat ku sedikit tahu watak Salim, tetapi itu tidak menjadi
bahan analisis ku kenapa Salim ditinggal kawin istrinya, ah bodoh amat.
Disebabkan pernah cek-cok antara tukang ojek dan langganan ,setelah tiga tahun
kontrak habis, hubungan kami merenggang bahkan tidak bertegur sapa sampai
sekarang. Sebenarnya sekarang aku sudah mau menyapa, cuma aku jarang berjumpa
dengannya dan aku sedikit gengsi.
Awalnya
aku tidak berminat akan cerita Salim yang ditinggal kawin istrinya, bahkan aku
juga acuh tak acuh mengenai gosip dirinya di kampung ini. Dikarenakan masih ada
hubungan sedikit penting dengan keluarga kami, status duda Salim memberikan
sedikit kekecewaan. Bukan untuk ku, tapi adik ku. Adik ku paling bungsu yang
menginjak umur 13 tahun kini telah lulus SMP. Lagi-lagi ayah ku ingin
mengontrak Salim menjadi ojek langganan untuk mengantar adik ku ke sekolah.
Barangkali Salim lebih bisa dircayai dan juga lumayan akrab dengan keluarga
kami. Sayangnya kali ini ia menolak, alasannya dia tidak bisa angkut penumpang
di pagi hari lagi seperti masa SMP ku dulu. Dikarenakan sekarang ia punya
segudang pekerjaan dapur dipagi hari, yang dulu pekerjaan ini dikerjakan oleh
istrinya.
Nasib
berubah kearah yang tidak disangka-sangka ,nasib yang dialami Salim cukup
mengenaskan (ngenes). Kenapa aku katakana mengenaskan, sejauh yang diketahui orang-orang
di kampung, Salim merupakan suami yang setia tidak pernah selingkuh, jarang
keluar malam kecuali ada keperluan,tidak pernah minum alkohol, berjudi, dan
maling ayam, serta yang paling penting ia tidak pernah mogok kerja walau cuma
satu hari. Lantas apa yang membuat istrinya berpaling ke laki-laki lain padahal
mereka telah cukup lama berumah tangga dan membesarkan tiga orang anak , malahan
yang paling sulung sekarang sudah SMA.
“haa itu bukan bahasan penting, biarlah Salim
menduda!” pikir ku dalam hati.
Aku
bahkan mentertawai penolakannya untuk menjadi langganan adik ku. Bukan
penolakan nya yang membuat ku geli, melainkan alasan dibalik penolakan tersebut
yang menggambarkan kehidupan baru nya yang cukup merana pikir ku.
Lalu
mengapa aku tertawa geli akan perasaan merana yang di alami Salim . Bukan nya
itu cukup jahat mentertawai penderitaan orang. Bahkan aku merasa kondisi
mengenaskan yang dialami Salim sama dengan yang aku alami sekarang, hmm atau
bahkan lebih parah yang aku alami makanya aku berani mentertawainya. Bagi ku
hidup kadang perlu ditertawai, bersedih boleh secukupnya. Barangkali menyesali
nasib akan memperparah penderitaan, bukan karena tidak mencintai kehidupan yang
diberikan Tuhan. Akan tetapi, menyerah kepada nasib yang telah menimpa
merupakan jalan tawakkal pada-Nya. Tawakkal akan ketetapan yang telah Ia beri.
Aisyah Nazrouenn
BB Sumut
Dia pria bertubuh tambun itu..
Dia pria
bertubuh tambun itu, berkulit sawo matang, berhidung mancung, dan bermata
tajam. Dia pria bertubuh tambun itu, berotot tegap, berambut tebal, dan brewok
tipis. Dia pria bertubuh tambun itu, melewati jalanan depan rumah ku setiap
sore, berpakaian rapi, bertas ransel, dan bermotor besar. Dia pria bertubuh
tambun itu, singgah di depan rumah ku, berbaju tanpa lengan, bercelana kotor,
dan bermotor butut. Dia pria bertubuh tambun itu, melangkahkan kaki ke teras
rumah ku kemudian bertanya pada ibu ku “Dimana anak gadis bu ?”, aku yang
mengintip nya lewat jendela, sontak jantung ku berdegup kencang, aku terperangah,
ha aku bahagia bukan kepalang, ha aku ingin mendengarnya sekali lagi, tidak!,
dua kali lagi saja. Dia pria bertubuh tambun itu, aku ingin melihatnya
berlama-lama duduk bercerita dengan ibu ku di teras rumah. Bahkan aku ingin
tahu apa pembicaraan mereka sedetail mungkin.
Dia pria
bertubuh tambun itu, pada suatu sore ibu ku mempersilahkannya masuk ke dalam
rumah dan menyuguhkannya minuman. Akhirnya aku dan dia bisa saling
memandang,aku duduk berjauhan di hadapannya. Dia menyapa, membawakan ku
sepenggal cerita hidup nya, aku menikmatinya bahkan kata demi kata yang ia
ucapkan. Aku terpesona, aku makin suka, seketika senyum nya yang manis terlihat
dua kali lebih manis di mata ku. Kepulan asap rokok yang berhembus dari bibir
nya sungguh memperlihatkan keperkasaan diri nya. Irama kata yang ia ucapkan
menyentuh hati seirama degupan jantung yang memompa darah ku. Setelah usai
bercerita dia pun pamit pulang, aku merasakan tidak enak di hati ku, aku masih
ingin melihat nya lagi di depan ku, aku mau ia jangan pulang dulu, aku masih
ingin menikmati sepenggal drama hidup nya dan kepulan keperkasaan diri nya.
Dia pria
bertubuh tambun itu, aku telah kenal karakter nya. Beretos kerja tinggi,
semangat pantang menyerah, dan berbahasa santun. Dia pria bertubuh tambun itu,
dia adalah bagian dari episode-episode hidup ku, dia ada dalam seuntai khayalan
ku, dia sedikit telah mempengaruhi ku, dia cerita yang tak terlupakan. Dia pria
bertubuh tambun itu, dimanakah ia sekarang ? akan kah ia melangkahkan kaki nya
lagi ke teras rumah ku ? akan kah aku bisa melihat celana kotor nya lagi dan
motor butut nya ? akan kah aku bisa mendengarnya lagi bertanya “Dimana anak
gadis bu ?”.
Akan kah ? akan
kah ? akan kah ?
Aku dan jari
jemari ku bahkan gemetaran menulis cerita ini , bahkan degupan jantung ku pun
sama seperti ketika aku menatap nya dari kejauhan dulu.
Dia pria
bertubuh tambun itu, aku ingin mengingatnya lagi .
Aisyah Nazrouenn
BB Sumut, 14
Juli 2016
Langganan:
Postingan (Atom)