Kamis, 14 Juli 2016

Biarkan kini Salim menduda



Aku duduk di dapur, terdengar dari ruang tengah suara dua orang laki-laki terbahak-bahak.
“Apa nama kontak yang cocok kita buat untuk salim” kata pak A.
“Salim sabar aja bang” kata Pak B.
“Gak usah, Salim duda merana aja” kata Pak A. Lalu terdengar tawa keras mereka memecah lamunan ku.
“Sama-sama duda pun suka ngeledek” kata ku dalam hati.
Kasian Salim yang ditinggal kawin istrinya. Sebenarnya ini tidak menjadi perhatian ku jika aku tidak kenal siapa Salim. Lebih dari itu, Salim adalah sopir ojek langganan ku selama 3 tahun sewaktu SMP. Kalau bisa di bilang Salim adalah teman lama ku, Karena dulu kami cukup akrab walau jauh berbeda umur. Tiga tahun berlangganan ojek membuat ku sedikit tahu watak Salim, tetapi itu tidak menjadi bahan analisis ku kenapa Salim ditinggal kawin istrinya, ah bodoh amat. Disebabkan pernah cek-cok antara tukang ojek dan langganan ,setelah tiga tahun kontrak habis, hubungan kami merenggang bahkan tidak bertegur sapa sampai sekarang. Sebenarnya sekarang aku sudah mau menyapa, cuma aku jarang berjumpa dengannya dan aku sedikit gengsi.
Awalnya aku tidak berminat akan cerita Salim yang ditinggal kawin istrinya, bahkan aku juga acuh tak acuh mengenai gosip dirinya di kampung ini. Dikarenakan masih ada hubungan sedikit penting dengan keluarga kami, status duda Salim memberikan sedikit kekecewaan. Bukan untuk ku, tapi adik ku. Adik ku paling bungsu yang menginjak umur 13 tahun kini telah lulus SMP. Lagi-lagi ayah ku ingin mengontrak Salim menjadi ojek langganan untuk mengantar adik ku ke sekolah. Barangkali Salim lebih bisa dircayai dan juga lumayan akrab dengan keluarga kami. Sayangnya kali ini ia menolak, alasannya dia tidak bisa angkut penumpang di pagi hari lagi seperti masa SMP ku dulu. Dikarenakan sekarang ia punya segudang pekerjaan dapur dipagi hari, yang dulu pekerjaan ini dikerjakan oleh istrinya.
Nasib berubah kearah yang tidak disangka-sangka ,nasib yang dialami Salim cukup mengenaskan (ngenes). Kenapa aku katakana  mengenaskan, sejauh yang diketahui orang-orang di kampung, Salim merupakan suami yang setia tidak pernah selingkuh, jarang keluar malam kecuali ada keperluan,tidak pernah minum alkohol, berjudi, dan maling ayam, serta yang paling penting ia tidak pernah mogok kerja walau cuma satu hari. Lantas apa yang membuat istrinya berpaling ke laki-laki lain padahal mereka telah cukup lama berumah tangga dan membesarkan tiga orang anak , malahan yang paling sulung sekarang sudah SMA.
 “haa itu bukan bahasan penting, biarlah Salim menduda!” pikir ku dalam hati.
Aku bahkan mentertawai penolakannya untuk menjadi langganan adik ku. Bukan penolakan nya yang membuat ku geli, melainkan alasan dibalik penolakan tersebut yang menggambarkan kehidupan baru nya yang cukup merana pikir ku.
Lalu mengapa aku tertawa geli akan perasaan merana yang di alami Salim . Bukan nya itu cukup jahat mentertawai penderitaan orang. Bahkan aku merasa kondisi mengenaskan yang dialami Salim sama dengan yang aku alami sekarang, hmm atau bahkan lebih parah yang aku alami makanya aku berani mentertawainya. Bagi ku hidup kadang perlu ditertawai, bersedih boleh secukupnya. Barangkali menyesali nasib akan memperparah penderitaan, bukan karena tidak mencintai kehidupan yang diberikan Tuhan. Akan tetapi, menyerah kepada nasib yang telah menimpa merupakan jalan tawakkal pada-Nya. Tawakkal akan ketetapan yang telah Ia beri. 

Aisyah Nazrouenn
BB Sumut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar