Dia pria
bertubuh tambun itu, berkulit sawo matang, berhidung mancung, dan bermata
tajam. Dia pria bertubuh tambun itu, berotot tegap, berambut tebal, dan brewok
tipis. Dia pria bertubuh tambun itu, melewati jalanan depan rumah ku setiap
sore, berpakaian rapi, bertas ransel, dan bermotor besar. Dia pria bertubuh
tambun itu, singgah di depan rumah ku, berbaju tanpa lengan, bercelana kotor,
dan bermotor butut. Dia pria bertubuh tambun itu, melangkahkan kaki ke teras
rumah ku kemudian bertanya pada ibu ku “Dimana anak gadis bu ?”, aku yang
mengintip nya lewat jendela, sontak jantung ku berdegup kencang, aku terperangah,
ha aku bahagia bukan kepalang, ha aku ingin mendengarnya sekali lagi, tidak!,
dua kali lagi saja. Dia pria bertubuh tambun itu, aku ingin melihatnya
berlama-lama duduk bercerita dengan ibu ku di teras rumah. Bahkan aku ingin
tahu apa pembicaraan mereka sedetail mungkin.
Dia pria
bertubuh tambun itu, pada suatu sore ibu ku mempersilahkannya masuk ke dalam
rumah dan menyuguhkannya minuman. Akhirnya aku dan dia bisa saling
memandang,aku duduk berjauhan di hadapannya. Dia menyapa, membawakan ku
sepenggal cerita hidup nya, aku menikmatinya bahkan kata demi kata yang ia
ucapkan. Aku terpesona, aku makin suka, seketika senyum nya yang manis terlihat
dua kali lebih manis di mata ku. Kepulan asap rokok yang berhembus dari bibir
nya sungguh memperlihatkan keperkasaan diri nya. Irama kata yang ia ucapkan
menyentuh hati seirama degupan jantung yang memompa darah ku. Setelah usai
bercerita dia pun pamit pulang, aku merasakan tidak enak di hati ku, aku masih
ingin melihat nya lagi di depan ku, aku mau ia jangan pulang dulu, aku masih
ingin menikmati sepenggal drama hidup nya dan kepulan keperkasaan diri nya.
Dia pria
bertubuh tambun itu, aku telah kenal karakter nya. Beretos kerja tinggi,
semangat pantang menyerah, dan berbahasa santun. Dia pria bertubuh tambun itu,
dia adalah bagian dari episode-episode hidup ku, dia ada dalam seuntai khayalan
ku, dia sedikit telah mempengaruhi ku, dia cerita yang tak terlupakan. Dia pria
bertubuh tambun itu, dimanakah ia sekarang ? akan kah ia melangkahkan kaki nya
lagi ke teras rumah ku ? akan kah aku bisa melihat celana kotor nya lagi dan
motor butut nya ? akan kah aku bisa mendengarnya lagi bertanya “Dimana anak
gadis bu ?”.
Akan kah ? akan
kah ? akan kah ?
Aku dan jari
jemari ku bahkan gemetaran menulis cerita ini , bahkan degupan jantung ku pun
sama seperti ketika aku menatap nya dari kejauhan dulu.
Dia pria
bertubuh tambun itu, aku ingin mengingatnya lagi .
Aisyah Nazrouenn
BB Sumut, 14
Juli 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar